Kamis, 30 Januari 2014

NOVEL “KHOKKIRI” KARYA LIA INDRA ADRIANA



NOVEL “KHOKKIRI” KARYA LIA INDRA ADRIANA

            Kepribadian adalah sejumlah karakteristik individu yang menetap dan kemudian ditampilkan lewat prilaku.kerana itu pula, hubungan antara sastra dan kepribadian sangatlah erat. Sastra dan kepribaduan sangatlah erat. Sastra dan kepribadian merupakan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan . Menurut  Sujanto (2008: 11) kata kepribadian berasal dari kata personality (Inggris) yang berasal dari persona  (Latin). Persona berarti kedok atau topeng sebagai tutp mka sering dipakai oleh pemain-pemain dengan maksud untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang.
            Selanjutnya dalam perspeksif islam lebih dikenal dengan istilah syakhshiyah. Syakhsiyah berasal dari kata syakhusum yang berarti pribadi. Kata ini kemudian diberi ya’ nisbath sehingga menjadi kata benda buatan syakshiyah yang artinya kepribadian ( syamsu dan juntika, 2008: 212)
Menurut fudyartanta (2005: 12) kepribadian merupakan dinamika organisasi psikofisik fungsional manusia yang menjelma dalam pola tinggkah laku spesifik dalam menghadapi medan hidupnya. Selanjutnya menurut Allport ( dalam Alwison, 2009:220) mengakatan kepribadian sebagai suatu organisasi dinamika dalam sistem psikofisik individu yang menentukan penyesuaian yang dengan lingkungan. Sedangkan menurut B,F skiner (dalam scustack, 2002:250) berpendapat bahwa kepribadian adalah repetoar perilaku yang dipelajari dari sekumpulan kemungkinan kejadian yang ada dan terorganisasi dilingkungan

Sujanto, Agus, dkk. 2008. Psikologi kepribadian. jakarta: Bumi Aksara.
Syamsu, Yusuf dan Juntika, Ahmad, Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian. bandung: Rosdakarya
Fudyartanta. 2005. Psikologi Kepribadian. yogyakarta: Zenith Publisher
Alwison. 2009. Edisi Revisi Psikologi Kepribadian. Malang : C.V. Ummpress
Scustack, Friedman. 2002. Kepribadian Teori Klasik dan Teori Modern. Jakarta:  Erlangga.

PSIKOLOGI KETERTARIKAN INTERPERSONAL DALAM INTERNET



PSIKOLOGI KETERTARIKAN INTERPERSONAL DALAM INTERNET

Penyebab daya tarik antara individu yang satu dengan yang lainnya adalah :
1.   Kedekatan fisik
2.   Kesamaan pendapat dan kepribadian, minat dan pengalaman, gaya interpersonal
3.   Adanya rasa suka secara timbal balik (reciprocal liking)
4.   Daya tarik fisik.

TEORI-TEORI KETERTARIKAN INTERPERSONAL
1.      Social Exchange Theory: Gagasan bahwa perasaan orang tentang suatu hubungan tergantung pada persepsinya mengenai hasil positif (rewards) dan ongkos (costs) hubungan, jenis hubungan yang mereka jalani, dan kesempatan mereka untuk memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
2.      Equity Theory: Gagasan bahwa orang akan bahagia dengan hubungan yang dijalinnya bila pengalaman rewards dan costs dan kontribusi antara dua belah pihak diperkirakan seimbang.

TUJUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
1.      Menemukan Diri Sendiri
Tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
2.      Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa, hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.
3.      Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
4.      Berubah Sikap Dan Tingkah Laku     
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis dan membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
5.      Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
6.      Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.

EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).( Devito, 1997, p.259-264 ).
1.         Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidakacuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).
2.         Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3.         Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategi, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
4.         Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5.         Kesetaraan (Equality)
6.         Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

Bicara tentang ketertarikan interpersonal dalam internet, Komputer merupakan media komunikasi yang memberikan tempat baru bagi pengaruh keakraban. Kenyataannya, seseorang dengan jarak ribuan mil menjadi tidak berarti dengan adanya internet walau tidak bisa bertemu. Keakraban dan jarak fungsional ditentukan oleh layar komputer. Apakah terdapat perbedaan antara hubungan yang dijalin via computer dibanding dengan yang dibentuk dalam kehidupan sehari-hari? Jawabannya tentu saja iya, karena ketika berjumpa melalui internet, ketertarikan berkembang melalui kualitas percakapan, sedangkan mereka yang berjumpa secara langsung dengan tatap muka ketertarikannya lebih tergantung pada daya tarik fisik (Mc Kenna, Green, & Gleason, 2002). Jika kita bertemu dengan orang baru secara tatap muka kita segera melihat penampilan fisiknya. Sebaliknya, ketika orang bertemu online, mereka dapat menyembunyikan tampangnya dan ciri lain yang mungkin menurunkan daya tariknya, seperti rasa gugup saat berada dalam situasi sosial. Anonimitas internet dapat memudahkan orang untuk mengungkapkan informasi personalnya. Sebagai akibatnya, individu mungkin merasa bahwa mereka lebih mampu mengekspresikan aspek-aspek penting dari diri riil mereka saat berinteraksi melalui internet. Katelyn McKenna dan rekannya (2002) memperkirakan bahwa orang mungkin menjalin persahabatan awal dengan cepat secara online ketimbang melalui tatap muka.
Melalui internet orang dapat melakukan komunikasi dengan orang lain atau bahkan dengan beberapa komunitas sekaligus, chatting online dengan fasilitas beberapa room yang tersedia memungkinkan seseorang dapat berkomunikasi secara bersama, atau beberapa komunitas website (social networking) seperti Friendster, MySpace, Facebook, atau Twitter memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk mengekspresikan dirinya ke depan publik. Beberapa individu lebih merasa dirinya nyaman bila bertemu dengan teman di dunia maya dibandingkan teman dalam dunia nyata. Individu yang ketagihan untuk terus chatting dalam menjalin hubungan dengan orang lain secara online. Kecanduan ini secara bertahap akan membuat individu tersebut lebih mementingkan orang yang ia kenal melalui online dibandingkan dalam kehidupan nyata. dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa sebagian besar individu yang terlibat dalam komunikasi cyberspace (seperti; mailing list, diskusi group, forum, chat rooms, bulletin boards, dsb) memperoleh pengalaman-pengalaman yang menguntungkan dalam hubungan sosial, akan tetapi tidak berlanjut pada kontak sosial yang nyata. Minimnya komunikasi verbal, dimana individu mencoba memahami teks-teks kalimat yang muncul membuat kondisi tersebut menjadi sebuah tantangan yang menarik bagi pengguna internet (Huang, 1996). Sebuah hubungan interpersonal didasarkan pada tingkat pemahaman teks-teks (kalimat) menjadi daya tarik sendiri bagi beberapa orang, tidak perlu takut dalam mengungkapkan argumentasi, malu dan merasa bebas dalam mengekspresi dirinya dimana pada kenyataan sehari-hari dalam dunia nyata adalah hal yang sulit mengungkapkan perilaku tersebut pada orang asing yang baru kita kenal.
Dalam beberapa hal, beberapa individu juga cenderung untuk menutup dirinya dan bersikap bohong, dimana kata-kata teks yang diungkapkan tidak sesuai dengan perilakunya dalam keseharian, kejadian ini akan terus berlanjut selama komunikasi di internet terus dilakukannya. Teks juga hanya memberikan pemahaman yang tidak memadai dalam memahami sebuah kondisi emosional, kesalahan dalam interpretasi sering terjadi dibandingkan dengan kondisi nyata (real life). Kondisi-kondisi ini akan menjadi tantangan bagi pengguna internet untuk terus melibatkan dirinya secara online lebih mendalam.

Sumber Referensi:
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
nilam.staff.gunadarma.ac.id/
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/komunikasi-interpersonal-definisi.html

lanjutan tugas

kelompok 2

PERILAKU NEGATIF DALAM INTERPERSONAL ONLINE-RELATION

PERILAKU NEGATIF DALAM INTERPERSONAL ONLINE-RELATION


Dengan seiringnya perkembangan teknologi (IPTEK) yang sangat pesat, membuat perusahaan-perusahaan  gadget menciptakan gadget-gadget yang semakin canggih dan semakin mudah untuk dibawa kemana-mana. Begitu juga dengan jaringan yang semakin terbuka luas membuat internet semakin mudah diakses. Menurut (Heidjen, 2000; Hubona & Geitz, 1997; Kwon & Chidambaram, 2000; Malhotra & Galletta, 1999), Individu yang merasa bahwa sebuah teknologi mudah untuk digunakan, maka persepsi kemudahan penggunaan akan meningkat, demikian sebaliknya.   
Dengan internet seluruh informasi terupdate dari berbagai penjururu dunia bisa kita dapatkan, begitu juga berbagai macam hal bisa kita dapatkan, sehingga banyak sekali perilaku-perilaku yang dilakukan oleh para pengguna internet, seperti mengakses media sosial, mencari informasi, mengirim dan menerima e-mail, mendownload, chatting, belajar, main games, membaca dan mendownload e-book, menjual dan membeli produk, membaca komik online dan sebagainya. Menurut http://publikasi.pasca.ugm.ac.idfilesseminarPKP.pdf

Namun tak semua hal yang diakses diinternet adalah positif, ada juga hal-hal negatif seperti kecanduan media sosial, kecanduan game online, dan bebasnya mengunjungi situs-situs pornografi. Hal ini menyebabkan munculnya perilaku-perilaku negatif yang tentunya memiliki dampak yang negatif pula.
·         Kecanduan media sosial  (twitter dan facebook)
Banyak sekali pengguna internet yang mengakses media sosial seperti facebook dan twitter, mudahnya mengakses media sosial ini, membuat hampir semua orang didunia memiliki account facebook dan twitter. Dengan facebook dan twitter kita bisa berkomunikasi dengan teman lama kita baik di dalam kota, luar kota, ataupun diluar negeri baik yang kita kenal ataupun yang tidak kita kenal. Facebook dan twitter adalah media sosial yang sering kali dikunjungi oleh pengguna internet, sehingga tak sedikit orang yang suka dan kecanduan pada media sosial ini. Bisa kita lihat setiap orang pengguna facebook dan twitter akan membuka tablet, dan smartphonenya 5-10 menit dari setiap celah aktivitasnya. Sebagian besar pengguna media sosial yang mengalami kecanduan sangat sulit terpisahkan dari gadgetnya, satu jam saja ia melepaskan gadgetnya ia merasa seperti ada hal yang kurang dari dalam dirinya, beberapa remaja juga membuka gadgetnya 10 menit sebelum tidur.  Pengguna media sosial biasanya melakukan perilaku seperti mengupdate kondisi, dan keberadaan dimana ia berada, namun semakin kesini media sosial seperti facebook dan twitter yag harusnya digunakan untuk berkomunikasi, telah disalahgunakan beberapa orang untuk saling sindir-menyindir melalui status facebok, atau pun compose tweet. Sehingga tak sedikit kasus dari sindir menyindir dengan tak sengaja sampai pada penyemaran nama baik, akibatnya sampai pada ranah hukum. Hal ini sangat disayangkan media sosial yang harusnya di gunakan untuk berkomunikasi dengan baik, tapi justru digunakan dengan fungsi yang tidak semestinya.
·         Kecanduan games online
Tak sedikit pula pengguna internet yang sangat gemar bermain game, selain dpat mengubah mood, games online juga dapat mengurangi stress dari aktifitas yang kita lakukan setiap harinya. Pecandu game online akan menghabiskan 10-12 jam waktunya untuk bermain game online. tak sedikit pengguna games online adalah anak sd, smp, dan sma yang saya temukan diwarnet, mereka bermain game online pada waktu jam sekolah berlangsung, akibatnya tak jarang pecandu game online putus sekolah. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan, jam sekolah yang harusnya di gunakan untuk belajar sebagai bekal masa depan disia-siakan hanya untuk bermain game. Disini peran orang tua sangat dibutuhkan, perhatian orang tua juga konrol dari orang tua bisa mengurangi pecandu game online.
·         Kebebasan mengakses situs-situs pornografi
Menurut http://publikasi.pasca.ugm.ac.idfilesseminarPKP.pdf Dan menurut sumber yang sama, 67% pernah mengakses situs porno (mereka yang mengunduh berusia 10-15 tahun dan paling banyak antara 10-13 tahun), dan 61% sudah pernah menonton film porno (mereka yang mengunduh berusia 10-15tahun dan paling banyak antara10-13 tahun). Ketersedianya banyak situs berbau pornografi membuat anak-anak berusia 10-15 semakin mudah untuk mendapatkan informasi pornografi. Hal ini membuat perilaku hubunga seksual pada sepasang kekasih dibawah umur semakin meningkat, akibatnya banyak orang yang melakukan aborsi akibat hamil diluar nikah.  
Kesimpulan :
Internet dapat menyebabkan adanya kemungkinan munculnya kecanduan, dan adanya anti sosial. Internet dapat menimbulkan sebuah kecanduan yang parah. Banyak contohnya yang terjadi di kalangan masyarakat sekarang ini, seorang anak rela berjam-jam ada di depan komputernya untuk menggunakan internet tanpa henti. Internet digunakannya untuk banyak hal, sampai-sampai ia lupa untuk makan dan melakukan aktivitas lainnya. Hal tersebut dapat berdampak buruk dan bila dibiarkan akan menjadi semakin parah, karena sebuah kecanduan akan susah untuk dihilangkan jika hal tersebut sudah terbiasa dan tidak dicegah.Internet dapat mengurangi sifat sosial seseorang, dengan menggunakan internet yang berlebihan, terkadang seseorang enggan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Ia akan lebih memilih untuk seharian berada di depan komputer seharian dan dalam jangka waktu yang sangat lama, sehingga akhirnya melupakan kodratnya sebagai manusia sosial yang perlu untuk berinteraksi dengan orang lain.
Sumber referensi ;
 
http://afiantika.blogspot.com/2012/11/perilaku-negatif-dalam-interpersonal.html

hambatan psikologi dalam interpersonal

Hambatan Psikologi dalam Interpersonal-Relation Sejalan berkembangnya ketertarikan interpersonal dalam internet muncullah suatu relationship (hubungan) seperti pertemanan, murid-guru, kelompok, hubungan kerja, bahkan hubungan kekasih. Namun dalam berjalannya hubungan tersebut tidak sepenuhnya lancar atau aman, bahkan ada beberapa kejadian dimana suatu hubungan harus hancur karena beberapa hal yaitu :
Identitas Palsu, dalam dunia maya seorang netter dapat menggunakan identitas palsu seperti identitas palsu yang dirancang seseorang pada akun facebooknya, atau bisa juga orang tersebut memalsukan sebagian statusnya seperti seorang yang telah menikan memasang status single pada facebooknya untuk mencari perhatian orang lain atau memudahkannya mencapai sesuatu.
Kurang Terjaminnya Komitmen, setiap hubungan dibutuhkan adanya komitmen dimana kedua belah pihak memiliki suatu persetujuan yang bersifat mengikat. Dalam dunia maya seseorang bisa saja berjanji dan kemudian pooof menghilang begitu saja dan melupakan semua kesepakatan seperti pada kegiatan jual beli online sering terjadi penipuan dimana korban telah menyetor uang tetapi barang tidak dikirim atau sebaliknya, dan kemudian penjual atau pembeli yang belum memenuhi janjinya itu menghilang atau tidak online lagi.
Kurang Berlakunya Norma dan Etika, sering jika anda berkunjung ke situs (yahoo.com) dimana situs tersebut memberikan informasi tentang suatu hal mengenai suatu agama, ragam, atau suku maka anda akan menemui komentar-komentar yang diketik dengan eksplisit dimana pada komentar tersebut menjelek-jelekkan suatu RAS, baik komentar pro ataupun kontra.
Perilaku Negatif dalam Interpersonal Online-Relation
Selain adanya hambatan dalam terjalinnya hubungan di dunia maya di dalamnya juga terdapat beberapa perilaku negatif seperti adanya cyber-cheating dan cyber flirting.
Cyber Cheating, atau perselingkuhan yang terjadi di internet dapat terjadi ketika seseorang yang telah memiliki pasangan memiliki hubungan yang dekat pula dengan orang lain. Misalkan seorang istri memiliki akun jejaring sosial dimana mantannya masih terdaftar dalam daftar temanya dan selama ini dia sering chatting dengan kata-kata mesra dan menggoda dengan mantannya itu, maka hal tersebut dapat dikatakan dengan cyber-cheating.
Cyber Flirting, atau merayu yang dilakukan dalam dunia maya. cyber flirting adalah suatu hal yang umum yang terjadi di jejaring sosial bahkan game. Namun dalam terjadinya banyak terjadi ketidak amanan yang membuatnya dikategorikan sebagai perilaku negatif, contohnya adalah dalam cyber flirting orang bisa menggunakan bahasa yang tidak pantas, ditambah lagi jika dalam terjadinya terdapat kepalsuan identitas maka semakin menjadi perilaku negatif cyber flirting tersebut.

Computer Supported Cooperative Work

CSCW pertama kali digunakan oleh Irene Greif dan Paul M. Cashman pada tahun 1984, pada sebuah workshop yang dihadiri oleh mereka yang tertarik dalam menggunakan teknologi untuk memudahkan pekerjaan mereka. CSCW mengangkat isu seputar bagaimana aktivitas-aktivitas kolaboratif dan koordinasi didalamnya dapat didukung teknologi komputer. Beberapa orang menyamakan CSCW dengan groupware, namun yang lain mengatakan bahwa groupware merujuk kepada wujud nyata dari sistem berbasis komputer, sedangkan CSCW berfokus pada studi mengenai kakas dan teknik dari groupware itu sendiri, termasuk didalamnya efek yang timbul baik secara psikologi maupun sosial.
Dengan CSCW maka groupware dapat dimaksimalkan dengan kakas dan teknik yang dikembangkan oleh CSCW tersebut. Sehingga sistem kerja kelompok yang terkoneksi internet bisa dimaksimalkan serta dicari pengembangannya lebih lanjut.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Computer_supported_cooperative_work